Suasana sekolah terlihat cukup ramai. Degungan tawa mengendap di
udara, menimpali gurauan-gurauan tentang materi yang tadi mereka pelajari.
Semua sepertinya sedang bersenang-senang. Tapi, seorang gadis dalam kelas
tersebut tampak termenung. Gadis itu adalah Gabriella Tiffca Larasati, atau
yang lebih dikenal dengan nama Abby. Abby tak bisa memfokuskan pikirannya ke
dunia nyata. Semenjak tadi, meskipun matanya sibuk menyusuri buku teks yang
sangat tebal, pikirannya melayang ke seseorang diluar sana, seseorang yang
dulu, sangat dulu sekali mencintainya dan hingga detik ini, masih dicintainya.
Rifaldy Adam Aryandha, kakak kelas kece yang cukup populer karena wajah cakep
dan gaya kecenya itu.
Seseorang yang tengah dipikirkan Abby sekarang sedang bersenda gurau di kelasnya. Sedang tertawa dengan tawa khasnya yang mampu membuat cewek sejutek Abby mampu bertekuk lutut dan dengan senyum tipis yang dihiasi sorot teduh mata beningnya mampu membuat cewek sejudes Abby tak berkutik saat berhadapan dengan cowok itu.
…
Tepat setelah bel pulang berbunyi, Abby buru-buru membereskan buku-bukunya dan melihat kearah luar kelasnya, tepatnya di pintu kelas kak Faldy. Saat mata sipitnya mengangkap jelas sosok sang pujaan, Abbypun melangkah kearah luar kelas, sebab ia ingin berpapasan dengan kak Faldy, sekedar melihatnya pun tak apa. Melihat cowok kece dengan gaya jalan yang cool dengan senyum yang mampu membuat Abby cengengesan tidak jelas.
Abby pun menerawang jauh, membayangkan setiap detail kejadian beberapa bulan lalu..
Seseorang yang tengah dipikirkan Abby sekarang sedang bersenda gurau di kelasnya. Sedang tertawa dengan tawa khasnya yang mampu membuat cewek sejutek Abby mampu bertekuk lutut dan dengan senyum tipis yang dihiasi sorot teduh mata beningnya mampu membuat cewek sejudes Abby tak berkutik saat berhadapan dengan cowok itu.
…
Tepat setelah bel pulang berbunyi, Abby buru-buru membereskan buku-bukunya dan melihat kearah luar kelasnya, tepatnya di pintu kelas kak Faldy. Saat mata sipitnya mengangkap jelas sosok sang pujaan, Abbypun melangkah kearah luar kelas, sebab ia ingin berpapasan dengan kak Faldy, sekedar melihatnya pun tak apa. Melihat cowok kece dengan gaya jalan yang cool dengan senyum yang mampu membuat Abby cengengesan tidak jelas.
Abby pun menerawang jauh, membayangkan setiap detail kejadian beberapa bulan lalu..
~Kicau burung mulai terdengar, kabut dingin mulai memudar, titik
embun mulai mengering, sinar matahari mulai terlihat dan sinar gelap pun mulai
menghilang. Perlahan tapi pasti, mata Abby yang tadinya sangat berat untuk
terbuka, mulai terbuka. Abby melihat keluar jendela kamarnya. Sinar terang
diluar kamarnya membuat Abby menyipitkan mata sipitnya.
"Oh.. sudah jam 9 ya?" Abby mulai bergumam, masih dengan mata yang luar bisaa sulitnya untuk terbuka kembali. Abby pun mengucek-ngucek matanya dan tak lama kemudian, mata sipitnya yang indah mulai menampakkan wujud aslinya. Abby lalu berjalan mendekati jendela kamarnya, memandang lingkungan luar, lalu tersenyum.
"Good morning world, good morning monday, be my day ya.." ucap Abby.
Libur panjang sekolah membuat Abby berada disini, di sebuah kota kecil di utara kota Bandung. Hawa dingin, dan pemandangan indah yang sangat jarang ia temui di kotanya yang metropolitan, membuatnya memutuskan untuk berlibur di kota kelahirannya ini dan meninggalkan kota metropolitannya, keluarganya, teman-temannya, dan orang yang sangat ia cintai. Meskipun hanya seminggu di kota ini, Abby tetap menjatuhkan air mata saat melangkah kedalam pesawat yang membawanya menuju kota ini.Pikiran Abby pun menerawang jauh, memikirkan segala detail kota metropolitannya dan keluarga kerennya yang entah sedang melakukan kekonyolan apa di rumah mungil dekat sekolahnya. Abby tertawa, tawa kesedihan dan kerinduan.
“Hm.. Kangen juga ya sama Mami. Padahal waktu disana pengen ngindarin celotehan mami yang gak ada habisnya itu. Tapi pas disini, kok aku kangen berat ya sama mami? Hihiihi” Abby tersenyum mengingat Maminya yang bertubuh gempal dan berkacamata itu.
Clingcling!
Suara handphone Abby membuyarkan lamunannya. Abby pun segera meraih handphonenya yang ia taruh di sisi tempat tidur Jane, adik sepupunya. Tanpa perlu waktu lama, Abby telah membaca pesan tersebut.
“Hai Abby” Begitulah kira-kira isi pesan dari nomor yang tak dikenal Abby itu.
“Hai juga. Siapa ya?” Abby yang terkenal jutek dan judes membalas sms itu dengan tampang jutek.
“Ini aku. Faldy , kakak Neisha”
Loh. Kak Faldy? Tumben amat. Kenapa ya? Abby mengernyitkan dahinya saat mengetahui siapa pemilik nomor yang kini sedang smsan dengannya.
“Oh iya. Kenapa kak Faldy?”
“Gapapa dek. Kamu lg apa? Aku dapat nomor kamu dari Neisha”
“Lagi smsan nih. Ohiya tau kok” Balas Abby lagi.
Hell! Emang kalau bukan dari Neisha, dari siapa lagi? Abby membatin. Masih dengan muka jutek nan judesnya.
“Gapapa nih kita smsan? Nanti pacar kamu marah lagi dek”Tulisan itu terpampang jelas di layar gadget Abby.“Apa-apaan lagi nih! Kalau ada apa-apa pasti udah gak kubalas. Ih ngebetein banget sih ni orang!” Maki Abby dalam hati.
“Gak ada kok kak” Balas Abby.
“Oh yaudah kita lanjut smsan aja ya?”
Akhirnya sore itu Abby habiskan dengan smsan dengan kak Faldy. Esok paginya kak Faldy sms Abby lagi, lalu Abby membalasnya, lalu kak Faldy membalas lagi, begitu seterusnya. Perlahan tapi pasti, tembok pertahanan Abby runtuh. Jam demi jam berlalu. Smsan dengan kak Faldy sudah jadi rutinitas Abby.Abby pun mulai jatuh cinta kepada kak Faldy. Hingga suatu hari, kak Faldy menembak Abby, sesuatu yang sebenarnya sangat ditunggu-tunggu oleh Abby. Abby pun tak bisa menolak keinginan hatinya untuk menjadi pacar kak Faldy. Dan mereka akhirnya jadian. Abby pun melewati liburan di kota kecil tersebut dengan ditemani kak Faldy, meskipun hanya diwakili dengan telfon-telfon dan sms-sms manis dari kak Faldy. Hari demi hari berganti, Abby semakin mencintai kak Faldy. Hubungan mereka pun berlanjut. Namun kak Faldymalah semakin datar dengan Abby. Abby awalnya berusaha sabar, mencoba mengerti situasi mengingat kak Faldy sudah kelas 3 dan sedang bersiap-siap dengan ujiannya. Tapi, sebagai manusia bisaa, kesabaran Abby habis. Abby pun memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan kak Faldy, meski dengan linangan air mata dan hati yang luka.
"Oh.. sudah jam 9 ya?" Abby mulai bergumam, masih dengan mata yang luar bisaa sulitnya untuk terbuka kembali. Abby pun mengucek-ngucek matanya dan tak lama kemudian, mata sipitnya yang indah mulai menampakkan wujud aslinya. Abby lalu berjalan mendekati jendela kamarnya, memandang lingkungan luar, lalu tersenyum.
"Good morning world, good morning monday, be my day ya.." ucap Abby.
Libur panjang sekolah membuat Abby berada disini, di sebuah kota kecil di utara kota Bandung. Hawa dingin, dan pemandangan indah yang sangat jarang ia temui di kotanya yang metropolitan, membuatnya memutuskan untuk berlibur di kota kelahirannya ini dan meninggalkan kota metropolitannya, keluarganya, teman-temannya, dan orang yang sangat ia cintai. Meskipun hanya seminggu di kota ini, Abby tetap menjatuhkan air mata saat melangkah kedalam pesawat yang membawanya menuju kota ini.Pikiran Abby pun menerawang jauh, memikirkan segala detail kota metropolitannya dan keluarga kerennya yang entah sedang melakukan kekonyolan apa di rumah mungil dekat sekolahnya. Abby tertawa, tawa kesedihan dan kerinduan.
“Hm.. Kangen juga ya sama Mami. Padahal waktu disana pengen ngindarin celotehan mami yang gak ada habisnya itu. Tapi pas disini, kok aku kangen berat ya sama mami? Hihiihi” Abby tersenyum mengingat Maminya yang bertubuh gempal dan berkacamata itu.
Clingcling!
Suara handphone Abby membuyarkan lamunannya. Abby pun segera meraih handphonenya yang ia taruh di sisi tempat tidur Jane, adik sepupunya. Tanpa perlu waktu lama, Abby telah membaca pesan tersebut.
“Hai Abby” Begitulah kira-kira isi pesan dari nomor yang tak dikenal Abby itu.
“Hai juga. Siapa ya?” Abby yang terkenal jutek dan judes membalas sms itu dengan tampang jutek.
“Ini aku. Faldy , kakak Neisha”
Loh. Kak Faldy? Tumben amat. Kenapa ya? Abby mengernyitkan dahinya saat mengetahui siapa pemilik nomor yang kini sedang smsan dengannya.
“Oh iya. Kenapa kak Faldy?”
“Gapapa dek. Kamu lg apa? Aku dapat nomor kamu dari Neisha”
“Lagi smsan nih. Ohiya tau kok” Balas Abby lagi.
Hell! Emang kalau bukan dari Neisha, dari siapa lagi? Abby membatin. Masih dengan muka jutek nan judesnya.
“Gapapa nih kita smsan? Nanti pacar kamu marah lagi dek”Tulisan itu terpampang jelas di layar gadget Abby.“Apa-apaan lagi nih! Kalau ada apa-apa pasti udah gak kubalas. Ih ngebetein banget sih ni orang!” Maki Abby dalam hati.
“Gak ada kok kak” Balas Abby.
“Oh yaudah kita lanjut smsan aja ya?”
Akhirnya sore itu Abby habiskan dengan smsan dengan kak Faldy. Esok paginya kak Faldy sms Abby lagi, lalu Abby membalasnya, lalu kak Faldy membalas lagi, begitu seterusnya. Perlahan tapi pasti, tembok pertahanan Abby runtuh. Jam demi jam berlalu. Smsan dengan kak Faldy sudah jadi rutinitas Abby.Abby pun mulai jatuh cinta kepada kak Faldy. Hingga suatu hari, kak Faldy menembak Abby, sesuatu yang sebenarnya sangat ditunggu-tunggu oleh Abby. Abby pun tak bisa menolak keinginan hatinya untuk menjadi pacar kak Faldy. Dan mereka akhirnya jadian. Abby pun melewati liburan di kota kecil tersebut dengan ditemani kak Faldy, meskipun hanya diwakili dengan telfon-telfon dan sms-sms manis dari kak Faldy. Hari demi hari berganti, Abby semakin mencintai kak Faldy. Hubungan mereka pun berlanjut. Namun kak Faldymalah semakin datar dengan Abby. Abby awalnya berusaha sabar, mencoba mengerti situasi mengingat kak Faldy sudah kelas 3 dan sedang bersiap-siap dengan ujiannya. Tapi, sebagai manusia bisaa, kesabaran Abby habis. Abby pun memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan kak Faldy, meski dengan linangan air mata dan hati yang luka.
Abby pun membuyarkan lamunannya. Tanpa terasa, bantal yang tadi digunakan Abby untuk menopang dagunya telah basah dengan air mata Abby. “Duh, kok aku jadi nangis sih? Aaa fighting By!” Abby menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Ia pun memutuskan untuk tidur, kebetulan saat itu sudah menunjukkan waktu tidur untuk Abby. Abby pun melipat tangan, berdoa, lalu menarik selimut dan memejamkan mata sipitnya.
…
Esok paginya, Abby kembali menjalankan aktivitasnya seperti bisaa. Berangkat sekolah. Tepat saat Abby menginjakkan kaki dipagar sekolah. Abby melihat kak Faldy. Bersama cewek lain. Tanpa bisa tertahan, air mata Abby pun jatuh. Abby pun buru-buru berpaling, berlari menjauh.
“Huh. Kenapa sih cewek itu muncul ? kenapa dia harus mengambil kak Faldy dariku? Tidakkah dia tau seberapa besar cintaku pada kak Faldy? Sial! Kenapa orang itu harus ada disaat ini?” Batin Abby. Sejak kejadian tadi pagi. Abby tampak tak bersemangan. Hati Abby sedang sakit dan kecewa. Hatinya gusar, kecewa, marah, dan cemburu.
“By? Kok aku lihat kamu lesu banget sih? Kamu sakit ya?” Tanya Neisha.
“Hm gapapa kok” Abby menjawab pertanyaan Neisha dengan senyum. “Ya! Gue lagi lesu banget. Dan semua ini garagara kakak lo! Argh” Batin Neisha dalam hati.
“Oh.. kirain kamu sakit.. Kamu kelihatan lesu banget sih. Kalau kamu gakpapa, bagus deh” Ucap Neisha lagi. Abby pun hanya bisa tersenyum.
…
Abby menatap layar handphone yang ada ditangannya, berharap ia menerima satu pesan dan itu dari kak Faldy. “Sial! Sampai kapan sih aku nungguin kak Faldy? Sampai kapan? GOD, please, make me moveon” Abby berkata pelan dan berusaha menahan airmatanya yang sebenarnya sangat susah untuk ia tahan. Abby pun meringis, melihat wajahnya yang penuh dengan air mata. “Tuhan, sampai kapan aku terpuruk dalam kesedihan? Menangisi kak Faldy yang meninggalkanku demi orang lain yang bahkan mungkin tidak lebih baik dariku” Batin Abby lagi. Tanpa disadari Abby, air matanya pun jatuh berderai.
…
Hari demi hari dilewati Abby. Kini Abby telah menjadi siswi kelas 9. Tentu saja, kak Faldy telah lulus, meninggalkan Abby dan mimpinya. Abby pun berusaha tegar, berusaha baik baik saja dihadapan teman-temannya meskipun sebenarnya Abby sangat rindu dengan kak Faldy. Abby masih sendiri, hingga hari ini. Bukan berarti tak ada yang mencoba mendekati Abby. Abby lumayan cantik, dengan hidung mancung dan mata sipit serta bibir tipis, postur tubuh yang tinggi dan langsing serta kulit yang tidak putih namun cukup cerah. Banyak cowok yang mendekati Abby, namun Abby memasang tembok pertahanan yang sangat sulit untuk dilewati, tentu saja karena kak Faldy. Hingga hari ini, Abby masih menunggu kak Faldy. Terkadang Abby lelah dan ingin moveon dari kak Faldy, Abby ingin mulai membuka hatinya kepada orang yang mencintainya selama ini. Namun, hati Abby tetap saja hidup diraga kak Faldy. Abby tak bisa melupakan kak Faldy! Abby selalu memikirkan kak Faldy, berharap bisa melihat wajah kak Faldy dan masih berharap menjadi kekasih kak Faldy kembali. Sementara kak Faldy terus menerus berganti pacar. Dan saat kak Faldy putus, ia kembali menghubungi Abby, membuat cinta Abby semakin melambung. Harapan Abby semakin besar, dan membuat pikiran Abby terasumsi untuk berkata bahwa Abby-lah pacar kak Faldy selanjutnya! Tapi tentu saja, itu tidak akan pernah terjadi. Karena setelah beberapa hari, kak Faldy tak lagi menghubungi Abby dan ternyata itu pertanda bahwa kak Faldy telah mempunyai pacar baru. Abby pun kembali kesepian, kembali menangis dan mulai berharap lagi. Cinta itu kembali tersimpan kuat,begitu kuatnya hingga kak Faldy mengabaikannya.
Hari berganti hari. Namun arah hati Abby tetap saja tertuju pada kak Faldy. Abby akhirnya memutuskan menerima keadaan ini saja karena Abby tak tahu bagaiamana cara melupakan kak Faldy. Bagaimana cara membakar habis semua rindu yang telah berbulan bulan mengendap di hati Abby. Bagaimana cara menghilangkan kak Faldy dari pikiran Abby jika kak Faldy seperti jejak Abby, terus mengikuti Abby. Bagaimana cara mengatakan bahwa sesungguhnya Abby masih sangat mengharapkan kak Faldy. Bagaimana cara menerima orang lain yang bersedia menggantikan kak Faldy. Yah, hingga hari ini, Abby masih saja bermimpi suatu hari dia akan menjadi kekasih kak Faldy kembali, meskipun ia tahu, itu tidak mungkin terjadi. Abby rela melepas kak Faldy bersama pacar barunya dan pacar-pacar selanjutnya.Namun Abby terus berharap, berharap mendapat balasan dari kak Faldy, berharap cinta kak Faldy, berharap menjadi kekasih kak Faldy, berharap mimpi-mimpinya tentang kak Faldy menjadi nyata dan berharap kak Faldy menyadari bahwa Abby –lah yang selama ini selalu ada dan mencintai dirinya. Abby-lah yang rela melepas Abby demi kebahagiaanya.. Dan Abby-lah yang selama ini selalau sabar menunggu dirinya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar